Rela Tinggalkan Kenyamanan Demi Anak-anak Papua
Mon February 2nd, 2015
234
Daniel Alexander
adalah orang biasa dengan karya luar biasa lewat pengabdian hidup dan cintanya demi
anak-anak di Bumi Cendrawasih. Pria sederhana ini hadir menjadi figur seorang ayah
bagi ribuan anak-anak Papua sejak tahun 90-an.
Pengabdiannya ini
bukan tanpa alasan. Ketaatannya kepada Tuhan adalah titik awal keberanian Daniel
masuk ke daerah terpencil seperti Sugapa Intan Jaya, Papua. “Iman itu datang
karena Tuhan yang berbicara. Ketika saya mendengar Tuhan menuntun, logika saya
berkata nggak mungkin. Saya kalahkan logika. Saya jalan dengan iman. Yang penting
bertindak, asal Tuhan yang menyuruh jangan nekat. Kalau Tuhan nggak menyuruh bertindak
itu namanya terjun tanpa sayap,” ucap Daniel.
Daniel mengaku,
Tuhan sendiri yang menuntunnya memilih daerah terpencil Sugapa sebagai daerah dimana
ia menetap dan memberi diri untuk pendidikan anak-anak Papua. Kala itu, ia sudah
memantapkan hati untuk meninggalkan segala kenyamanan hidup sebelumnya, baik pengalamannya
mengelilingi lebih dari 40 negara dan serta kenyamanan hidup saat berada di Negeri
Kanguru. Dan lebih memilih menikmati kenyamanan hidup untuk melayani orang-orang
Papua yang memerlukan kasih Tuhan. “Saya bisa ketemu orang-orang yang perlu
kasih Tuhan. Itu nyamannya beda”.
Daniel menuturkan
bagaimana titik balik dirinya memutuskan kembali ke Indonesia dan menetap di Papua. Buku From Jerusalem to Irian Jaya karangan Ruth A Tucker yang
pernah ia baca menyadarkannya bahwa Irian Jaya adalah ujung buminya Indonesia.
“Tahun 90 bulan April, pertama kali saya tiba di Jayapura, langsung ke Wamena. Nah,
dari situ panggilan Tuhan kuat saya harus kembali ke Indonesia
dan tinggal di Papua”.
Kendati telah
kehilangan figur seorang ayah sejak usia 9 tahun, namun kebesaran hati Daniel menjadi
figur ayah bagi anak-anak Papua merupakan bentuk kasih yang ia terima dari sosok
Tuhan yang ia percayai. Begitu pula ketika dirinya bertemu dengan tiga sosok ayah
yang telah mengajarkannya tentang kasih.
Bersama dengan sang
istri, Lucy Luise Tanudjaja, Daniel menjalankan misi pendidikan anak-anak di
Papua. Dari tangan keduanya, ribuan anak sudah mendapatkan pendidikan yang
lebih baik. “Sudah enam doktor yang kami luluskan dari tangan kami sendiri. 48
S-2 (Magister) dan sekian ratus S-1 (Sarjana). Kami ingin anak-anak itu maju”.
Teladan yang
diberikan Daniel Alexander sangat membekas bagi orang-orang di sekitarnya. Tak
hanya sebagai sosok yang taat dengan panggilan Tuhan, namun dirinya juga telah menjadi
sosok inspirator bagi banyak orang. Pengorbanan dan hati Bapa yang ada dalam
dirinya telah membuahkan hasil yang begitu nyata bagi anak-anak Papua. Yayasan
Anak Indonesia dan
SMA Anak Panahm di Nabire adalah hasil pekerjaan tangan yang telah mereka lakukan
di Papua yang hingga saat ini terus berjuang memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak
Papua.
Sumber : Daniel Alexander
Tidak ada komentar:
Posting Komentar